Mengapa LGBT dipersoalkan?




Mungkin beberapa waktu lalu kawasan Wonosobo,khususnya kecamatan Kepil digegerkan dengan adanya acara pernikahan sejenis.Wooowww....seakan tidak percaya bahkan mungkin sulit untuk diterima akal,ternyata fenomena LGBT bukan hanya menjadi tren untuk masyarakat kota saja,tetapi telah merambah sampai ke pelosok desa.

Mengapa LGBT dipersoalkan?

Allah Ta’ala telah menciptakan manusia itu dari dua jenis, yakni laki-laki dan wanita. Tak ada jenis ketiga. Kecuali orang yang berpikiran nyeleneh saja yang kemudian memaksakan ada jenis ketiga. Kita juga sudah mafhum bahwa dalam proses penciptaan itu manusia dilengkapi juga dengan potensi-potensi kehidupan. yang salah satunya adalah tertarik pada lawan jenis. Lelaki senang dan tertarik secara seksual kepada perempuan, begitupun sebaliknya. Jadi, kalau ada orang yang sama sekali tak punya nafsu birahi, berarti masih diragukan keasliannya sebagai manusia (yang normal).

Nah, potensi yang dimiliki oleh manusia itu tak bisa diubah lagi, karena itu adalah sunatullah. Ustadz Muhammad Muhammad Ismail dalam kitab Al Fikru Al Islamiy (Bunga Rampai Pemikiran Islam) menyatakan bahwa dorongan seksual pada seseorang merupakan tanggapan dari faktor eksternal bila indra menangkap rangsangan berupa gambar, cerita porno dan penampilan yang menyentuh syaraf seks. Makanya, bila tak disalurkan bisa mengakibatkan kegelisahan jiwa. Jadi berdasarkan sunatullah ini, otomatis manusia yang berlainan jenis kemudian hidup sebagai makhluk heteroseksual, yakni tertarik pada lawan jenisnya. Sehingga bila ada orang yang cuma bisa nempel dengan sesama jenis, jelas ini adalah kelainan yang sangat berbahaya. Nggak normal. Bila dibiarkan hidup dan berkembang, tak mustahil terjadi seperti apa yang pernah dialami kaum Nabi Luth. Naudzubillah!

Itu sebabnya, gay dan lesbian ini melanggar fitrah manusia. Celakanya, sistem demokrasi yang menjadi pujaan banyak orang di dunia justru memberikan ruang gerak yang luas bagi kaum ini. Of course, populasi kaum homo dan lesbian malah tumbuh subur. Jangan kaget, di negeri yang konon katanya menjunjung tinggi budaya timur ini malah kebobolan juga. Lihat saja, gerakan kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, and Transgender) dan juga pendukungnya kian marak di negeri ini. Gerakannya sudah sistematis, terstruktur dan massif. Diskusi “Dialog Komunitas LGBT Nasional Indonesia” pada 13-14 Juni 2013 di Bali, menghasilkan rekomendasi gerakan memperjuangkan homoseks di Tanah Air. Di antaranya: menggencarkan promosi LGBT melalui teknologi informasi dan komunikasi sambil memastikan adanya sistem keselamatan dan keamanan dari organisasi untuk melindungi kelompok LGBT. Terbukti, Layanan pesan LINE mempromosikan LGBT via stikernya, Koran Tempo membela LGBT, dan banyak aktivitas liberal yang mendukung LGBT.
Mereka yang tidak normal jadi seperti normal, sementara kita yang normal malah seperti jadi tak normal di pusaran arus informasi dan opini sesat yang digelontorkan para pendukung LGBT. Sekarang pertanyaanya, apakah kita hanya akan diam dan menjadi wacana saja tanpa gerakan yang sistematis, terstruktur, dan massif untuk memberantas ketidaknormalan gaya hidup mereka?
Nggak lah. Harus ada gerakan juga. Gerakan yang bisa membendung, bila perlu menghanguskan keberadaan mereka. Jangan sampe jumlah mereka banyak sehingga mereka bisa mengubah persepsi masyarakat yang tadinya menyepelekan malah merasa khawatir karena jumlah mereka banyak. Padahal, kalo dipikir-pikir lagi, jumlah banyak juga nggak ada manfaatnya kalo salah. Betul?
Oya, yang perlu diperhatikan oleh para pelaku dan pembela LGBT adalah jangan memberhalakan cinta. Cinta bukan segalanya. Enak aja ngomong love is love. Tetapi apa benar dan dibenarkan kalo cinta sesama jenis dalam pengertian birahi (seksual)? Nggak lah. Potensi manusia ketika diciptakan oleh Allah Ta’ala adalah saling menyukai dan saing tertarik dengan lawan jenisnya. Supaya berjalan dengan benar dan baik, maka dibuat aturan bagaimana cara menyukai dan mencintai lawan jenis. Tentu saja Islam melarang pergaulan bebas. Islam mengaturnya melalui pernikahan yang darinya akan lahir keturunan yang baik-baik untuk mengisi kehidupan dunia dengan kebaikan. Lha, kalo hubungan homoseksual apa bisa menghasilkan keturunan? Memangnya manusia berkembang biak dengan cara vegetatif alias aseksual? Manusia itu berkembang biak dengan cara generatif. Harusnya mereka mikir ya?
Terus, kalo seandainya dunia ini dipenuhi kaum homoseksual, generasi baru manusia akan lambat datang atau bahkan berhenti. Ujung-ujungnya nih, apa mau semua sektor industri dan tempat usaha bubar gara-gara nggak ada orang yang menggerakkannya. Mungkin 20 atau 30 tahun mendatang ketika jarak antara manusia yang udah gede dengan yang baru lahir (atau malah nggak ada yang lahir?) terentang jauh, bukan hanya tak ada yang mengerjakan sektor industri dan ekonomi, tetapi juga tak ada yang akan membeli produk. Terhenti sampai di sini?

Kalo orang yang waras sih, harusnya mikir yang benar. Hidup bukan kesenangan semata yang dikejar. Tetapi ada banyak tugas lain yang jauh lebih mulia dan menjadi bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Inilah kenapa kita mempersoalkan pelaku dan pendukung LGBT. Jangan sampe jadi legal di negeri kita.

oleh Denmas fx (dari berbagai sumber)
Share on Google Plus

About kita radio 107.6 fm

Komunitas Informasi Angkatan Muda yang Berkemajuan,Berkualitas,dan Berwawasan Islami
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar